magiccarouselsundays.com – PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), yang lebih dikenal dengan nama Sritex, mengalami tahun yang penuh tantangan pada 2023, ditandai dengan penurunan aset dan peningkatan utang. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, aset perusahaan tercatat mengalami penurunan sebesar 15%, dari nilai sebelumnya menjadi US$648,99 juta, atau setara dengan Rp10,38 triliun, mengacu pada kurs Rp16.000 per USD. Di sisi lain, total utang perusahaan meningkat sebesar 3,75%, mencapai US$1,60 miliar atau setara dengan Rp25,66 triliun.
Sritex juga melaporkan kondisi defisiensi modal yang semakin memburuk, dengan ekuitas negatif meningkat dari US$781,02 juta menjadi US$954,82 juta atau setara dengan Rp15,28 triliun. Rincian utang menyebutkan bahwa kewajiban jangka pendek perusahaan adalah sebesar US$113,02 juta (Rp1,81 triliun), termasuk di dalamnya utang bank jangka pendek ke Bank Central Asia (BBCA) sebesar US$11 juta (Rp176 miliar). Adapun kewajiban jangka panjang tercatat sebesar US$1,49 miliar (Rp23,84 triliun), dengan komponen utama adalah utang bank jangka panjang, termasuk utang eks sindikasi ke Citigroup, DBS, HSBC, dan Shanghai Bank yang berjumlah US$330 juta.
Dalam upaya mengatasi krisis keuangan ini, manajemen Sritex telah mengambil langkah-langkah restrukturisasi utang yang signifikan dengan berbagai bank serta berusaha menyelesaikan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan negosiasi dengan para kreditur. Laporan keuangan tahunan menekankan bahwa besarnya utang ini menciptakan sebuah “ketidakpastian material” yang menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Meskipun menghadapi situasi keuangan yang sulit, dukungan dari pemegang saham tetap solid. Pemegang saham telah menyatakan komitmen untuk terus memberikan dukungan finansial guna menjaga kelangsungan operasional grup dan memenuhi kewajiban finansialnya. Sebagai bagian dari strategi pemulihan, Sritex juga telah meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya produksi, termasuk pengurangan jumlah karyawan. Pada tahun 2023, perusahaan berhasil mengurangi jumlah karyawan sebanyak 2.232 orang, dari 16.370 di tahun 2022 menjadi 14.138 di akhir tahun.
Audit oleh Kanana Puradiredja, Suhartono memberikan Opini Wajar dengan Pengecualian, menunjukkan bahwa meskipun ada kesalahan penyajian dalam beberapa aspek, masalah tersebut tidak merata di seluruh laporan keuangan.