magiccarouselsundays.com – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Ryabkov, mengumumkan kemungkinan perubahan dalam kebijakan nuklir Rusia sebagai respons terhadap apa yang dianggap sebagai ‘tindakan eskalasi’ atau ‘kelakuan’ yang tidak dapat diterima oleh AS dan sekutu NATO-nya. Ryabkov menyampaikan pernyataan ini dalam sesi tanya jawab dengan wartawan di sela-sela pertemuan menteri BRICS yang berlangsung di Nizhny Novgorod.
Konteks dan Komentar Ryabkov:
Ryabkov menggambarkan situasi internasional yang semakin kompleks dan menegaskan bahwa perubahan atas postur nuklir Rusia tidak dapat dikecualikan. “Tindakan AS dan sekutu NATO yang tidak dapat diterima serta eskalasi yang terjadi, tidak diragukan lagi, memunculkan pertanyaan besar tentang adaptasi dokumen-dokumen dasar dalam pencegahan nuklir untuk memenuhi kebutuhan saat ini,” ujarnya, seperti dilaporkan oleh Russia Today pada tanggal 16 Juni 2024.
Penegasan Putin tentang Doktrin Nuklir Rusia:
Dalam konteks yang berkaitan, Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sesi tanya jawab di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), menegaskan kembali bahwa Rusia memperlakukan senjata nuklir sebagai opsi terakhir. Putin menjelaskan bahwa doktrin nuklir Rusia saat ini hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir dalam “kasus-kasus luar biasa,” dan situasi saat ini tidak memenuhi kriteria tersebut.
Harapan Putin dan Kritik terhadap NATO:
Putin menyatakan harapannya bahwa konflik nuklir yang merusak tidak akan terjadi, mengingat bahwa konsekuensi dari konflik tersebut akan menyebabkan “korban yang tak terbatas” bagi semua pihak. Lebih jauh, Putin mengkritik negara-negara NATO Eropa atas pendekatan mereka yang agresif, memperingatkan bahwa mereka akan menjadi korban terbesar jika terjadi konflik nuklir global. “Orang-orang Eropa harus mempertimbangkan apakah Amerika akan terlibat dalam pertukaran senjata strategis jika terjadi konflik nuklir. Saya sangat meragukan hal tersebut,” lanjut Putin.
Pernyataan ini menandai sebuah momen penting dalam dinamika keamanan global, menunjukkan ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan aliansi NATO.